Hubungan Virtual: Perusak Generasi Masa Depan?


 Belakangan ini banyak banget orang orang ngebahas mengapa laki laki maupun perempuan (walaupun dominan laki laki) banyak yang memilih memiliki hubungan sama waifu, character ai atau idol, dibandingkan memiliki hubungan di dunia nyata. Sampai-sampai guru dan dosen perlu belajar konsep-konsep tersebut untuk memahami pola pikir zaman sekarang.

Tapi sebenernya kenapa sih ini terjadi?

Fenomena ini memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya;

  1. Terpenuhinya kebutuhan emosional dan perasaan memiliki kendali.
    Pasangan virtual seperti waifu, husbu, character ai dan lainnya, dapat memberikan dukungan emosional yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan seseorang. Berbeda mungkin dengan hubungan dunia nyata dimana tidak ada istilah manusia sempurna. Hubungan dengan pasangan virtual juga juga memberikan perasaan memiliki kendali, karena semuanya bisa diatur sesuai dengan keinginan, bukan cuman penampilan saja yang bisa diatur, dinamika hubungan, masa lalu bahkan kepribadian nya juga bisa diatur.
  2. Kesepian dan Isolasi sosial.
    Meningkat nya popularitas pasangan virtual baru baru ini berkaitan dengan epidemi kesepian yang terjadi akhir akhir ini. Banyak orang yang kesulitan membangun koneksi yang bermakna dengan lawan jenis dan memutuskan untuk mencari hubungan menggunakan metode alternatif yaitu pasangan virtual.
  3. Rasa aman dan kepastian.
    Hubungan dengan pasangan virtual memberikan perasaan aman dan kepastian karena tidak adanya kemungkinan ditolak yang dapat terjadi di hubungan nyata. Rasa aman dan kepastian ini terlihat menarik bagi orang yang sulit membangun hubungan yang kokoh.

Nah, secara psikologis nya faktor faktor diatas ini bisa menjadi dorongan yang sangat kuat untuk memilih pasangan virtual dibandingkan memiliki hubungan nyata. Dalam psikologi ada teori yang disebut Maslow's Hierarchy of Needs, teori ini menjelaskan motivasi yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam teori tersebut kebutuhan paling dasar manusia adalah kebutuhan fisik, kemudian rasa aman dan keselamatan, kebutuhan yang mempengaruhi fenomena ini adalah kebutuhan selanjutnya, yaitu kasih sayang dan keterikatan. 

Kasih sayang dan keterikatan ini mengacu pada kebutuhan manusia untuk merasa diterima, dicintai dan terhubung. Seseorang perlu memiliki hubungan sosial yang baik, menerima kasih sayang dan merasa dirinya memiliki keterikatan emosial dengan orang lain atau kelompok.

Teori Keterikatan yang dikembangkan oleh John Bowlby juga dapat membantu kita memahami lebih lanjut fenomena ini. Teori tersebut menjelaskan bahwa hubungan dengan sosok pengasuh kita dulu membentuk gaya keterikatan kita dan bagaimana kita membangun hubungan seumur hidup. Dalam teori terebut terdapat 4 gaya keterikatan yang dapat terbentuk dan setiap gaya memiliki pengaruh terhadap fenomena yang kita bahas;

  1. Aman: Nyaman dengan kedekatan dan kemandirian. Orang dengan gaya keterikatan ini tidak akan memiliki masalah berlebih dengan membangun hubungan yang sehat.
  2. Menghindar: Mengabaikan kedekatan, menghargai kemandirian. Orang dengan gaya keterikatan menghindar mungkin kesulitan dengan kedekatan emosional dan lebih memilih rasa aman emosional dari pasangan virtual, yang tidak menuntut dan dapat dikendalikan.
  3. Cemas: Menginginkan kedekatan tetapi takut ditolak. Mereka yang memiliki gaya keterikatan cemas mungkin mencari hubungan virtual untuk menghindari rasa takut ditolak atau ketidakpastian dalam interaksi dunia nyata, karena pasangan virtual dapat memberikan kepastian.
  4. Tidak Teratur: Kesulitan dalam membangun kepercayaan dan hubungan, seringkali karena trauma. Orang dengan gaya keterikatan tidak teratur mungkin merasa hubungan nyata terlalu membebani karena masalah kepercayaan atau trauma, dan memilih pasangan virtual untuk mendapatkan pendampingan tanpa risiko emosional.
Jika kita lihat fenomena ini menggunakan kacamata teori keterikatan, maka penyebab dari fenomena ini bertambah, yaitu terbentuk nya gaya keterikatan yang kurang sehat dari hubungan awal dengan pengasuh, atau adanya sebuah trauma dari suatu hubungan.

Untuk jangka waktu cepat, pasangan virtual mungkin terlihat sebagai solusi yang bagus untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi dampak buruk nya di jangka panjang memiliki efek yang lebih parah. Dampak buruk tersebut berbagai macam seperti:

  • Kesepian yang lebih parah dapat terjadi karena hubungan virtual yang dijalani tidak akan sepenuhnya memenuhi keperluan emosional sesorang.
  • Isolasi sosial dan menurun nya keterampilan sosial, dikarenakan seseorang mungkin terlalu sibuk dengan hubungan virtual nya ia tidak melakukan interaksi sosial dengan orang lain.
  • Ekspektasi yang tidak realistis akan hubungan nyata bisa terbentuk karena hubungan "sempurna" dengan pasangan virtual, yang kemudian mempersulit interaksi dan hubungan sosial dalam kehidupan.

Pada akhirnya, fenomena hubungan virtual ini menunjukkan betapa kebutuhan manusia untuk dicintai dan merasa terhubung terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Tapi penting banget buat kita tetap menjaga keseimbangan antara dunia vritual dan dunia nyata. Bagaimanapun, hubungan langsung dengan orang lain masih jadi kunci buat membangun kehidupan yang bermakna dan sehat secara emosional


Sumber:

MSEd, K. C. (2023, February 22). What is attachment theory? Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-attachment-theory-2795337

Sen, N. (2023, August 9). The Psychology of Online Relationships. - Nikita sen - Medium. Medium. https://nikitasen.medium.com/the-psychology-of-online-relationships-1aa35e7c0061

Simply Psychology. (2024, January 24). Maslow's Hierarchy of Needs. https://www.simplypsychology.org/maslow.html

The rise of AI girlfriends: threat or replacement for modern women? (2023, October 25). https://www.toolify.ai/ai-news/the-rise-of-ai-girlfriends-threat-or-replacement-for-modern-women-75226?utm_source=chatgpt.com


Comments

Popular posts from this blog

Uang dan Usaha Generasional Untuk Mengatasi Permasalahan Uang

Kapan waktu mengajarkan anak ilmu tertentu?

Alexithymia dan pengaruhnya pada hubungan romansa