Pencarian jati diri melalui kekerasan


 

Fenomena tawuran adalah hal yang hampir spesifik terjadi di Indonesia, dan jumlah korban dari yang luka ringan, berat sampai meninggal mempengaruhi berbagai keluarga. Ketika ditanya mengapa murid-murid ini melakukan tawuran, terdapat beberapa penyebab seperti konflik personal, pengaruh lingkungan, krisis identitas, dan lain-lain.

Salah satu faktor yang menarik adalah faktor krisis identitas. Berdasarkan teori perkembangan psikososial Erik Erikson, seseorang akan melewati tahapan-tahapan perkembangan di umur tertentu.Tahapan perkembangan psikososial pada umur 12 - 16 tahun berdasarkan teori ini, adalah tahap Identity vs Confusion. 

Identitas versus kebingungan peran adalah tahap ego kelima dalam teori perkembangan psikososial psikolog Erik Erikson. Tahap ini terjadi pada masa remaja antara usia sekitar 12 dan 18 tahun. Pada tahap ini, remaja mengeksplorasi kemandiriannya dan mengembangkan rasa jati diri. Kebingungan Identity vs Confusion adalah tahap yang ditandai dengan pertanyaan "Siapa saya", dan belajar lebih banyak tentang tujuan, nilai, dan keyakinan seseorang. 

Erikson mendefinisikan identitas sebagai “prinsip pengorganisasian mendasar yang berkembang terus-menerus sepanjang masa hidup.”

Identitas melibatkan pengalaman, hubungan, keyakinan, nilai-nilai, dan ingatan yang membentuk perasaan subyektif seseorang tentang diri. Hal ini membantu menciptakan citra diri berkelanjutan yang tetap konstan bahkan ketika aspek-aspek baru dari diri dikembangkan atau diperkuat seiring berjalannya waktu. Identitas menyediakan:

  • Kesamaan diri: Rasa kesinambungan dalam diri dan interaksi dengan orang lain
  • Keunikan: Sebuah bingkai untuk membedakan antara diri sendiri dan interaksi dengan orang lain
  • Perkembangan psikososial: Kesehatan mental dan fisik remaja

Selama tahap identitas vs. kebingungan peran, konflik berpusat pada pengembangan identitas pribadi. Keberhasilan menyelesaikan tahap ini akan menghasilkan perasaan diri yang kuat yang akan tetap ada sepanjang hidup.

Konsekuensi dari kegagalan membentuk identitas dapat berupa 

  • Kesulitan dengan komitmen: Identitas pribadi yang stabil memungkinkan individu memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
  • Kesehatan mental dan kesejahteraan yang lebih buruk: Penelitian telah menghubungkan rasa identitas yang kuat dengan kesejahteraan emosional dan psikologis yang lebih baik pada remaja.6
  • Perasaan diri yang lemah: Kebingungan peran ditemukan menyebabkan lemahnya rasa diri.
  • Kurang percaya diri: Kurangnya identitas diri dapat menyulitkan orang untuk memiliki kepercayaan diri dan kemampuan mereka.
Dari konsekuensi tersebut kita dapat melihat bahwa hal-hal ini memberi dukungan untuk melakukan tawuran. 

Beberapa pendekatan psikoedukasi untuk mencegah sudah dilakukan dan kami menyarankan untuk tetap dijalankan.

Comments

Popular posts from this blog

Uang dan Usaha Generasional Untuk Mengatasi Permasalahan Uang

Kapan waktu mengajarkan anak ilmu tertentu?

Alexithymia dan pengaruhnya pada hubungan romansa